(Unila): Program pertukaran mahasiswa memberi peluang untuk menambah pengetahuan dan bertukar pikiran dengan ratusan mahasiswa dari seluruh penjuru nusantara. Lewat berbagai kegiatan, program ini dapat menjadi sebuah cerita menarik sekaligus mengeksplorasi berbagai kebudayaan dan keunikan di berbagai daerah.
Seperti cerita dari Evita Listi Maharani, mahasiswa Universitas Lampung (Unila) dari Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2022, yang menemukan berbagai cerita berharga melalui eksplorasi kebudayaan dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah.
PMM merupakan program mobilitas mahasiswa yang dilaksanakan selama satu semester sebagai bagian dari program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, bertujuan memberikan pengalaman belajar di perguruan tinggi di Indonesia sekaligus memperkuat persatuan dalam keberagaman.
Berawal dari kegemarannya bermain media sosial seperti Instagram dan TikTok, Evita menemukan sebuah postingan mengenai program PMM dari Kemendikbudristek. Ia pun mulai tertarik dan penasaran dengan informasi tersebut.
Berbekal smartphone dan laptop, Evita mencari informasi PMM melalui website dan akun resmi Kampus Merdeka. Kemudian, ia memberanikan diri melengkapi berbagai dokumen yang diperlukan, seperti transkrip nilai, surat kesehatan, hingga mengikuti tes wawasan kebangsaan (TWK).
Sejak keberangkatannya menuju Unsoed pada 16 Februari 2024, Evita mengikuti berbagai kegiatan dan pembelajaran menarik dan berharga. Meski awalnya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, Evita berhasil menemukan kenyamanan dalam pembelajaran yang kondusif di Unsoed.
Salah satu pengalaman penting yang diperoleh Evita adalah melalui kegiatan Modul Nusantara, di mana ia bersama teman-temannya mempelajari dan merasakan keanekaragaman budaya Indonesia secara langsung, terutama berbagai bahasa, kebiasaan, kuliner, dan budaya masyarakat di Jawa Tengah.
“Di daerah Purwokerto, sebagian besar masyarakatnya memakai bahasa Jawa ngapak untuk percakapan sehari-hari. Jadi, aku dan teman-teman sebagai mahasiswa rantauan kadang tidak paham dan kesulitan dengan beberapa ungkapan dari bahasa tersebut. Selain itu, kuliner di Lampung biasanya cenderung pedas asin gurih, sementara di Jawa Tengah dominan manis,” ungkap Evita.
Selain mengikuti kegiatan Modul Nusantara, Evita juga sangat aktif dalam kegiatan sukarelawan, salah satunya Oemah Sinau Bocah di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Oemah Sinau Bocah merupakan rumah baca yang menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar dan membaca buku secara gratis. Kegiatan di Oemah Sinau Bocah berlangsung dari pukul 15.30-17.30 wib.
Menurut Evita, PMM menjadi salah satu program yang menjembatani mahasiswa untuk mengeksplorasi lebih jauh kebudayaan nusantara. Tidak hanya terpaku pada budaya daerah asal, tetapi juga belajar memahami budaya di daerah perantauan serta dari teman-teman mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.
Evita berharap kegiatan ini memiliki dampak yang baik dan bisa dirasakan mahasiswa di tahun-tahun berikutnya. Menurutnya, kegiatan PMM ini juga bisa menjadi bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat serta mengikuti berbagai program kemanusiaan yang bermanfaat.
Evita juga memberikan tips untuk mempersiapkan berkas dengan baik dan teliti, serta cermat dalam memilih universitas penerima sesuai dengan kebutuhan dan minat. Ia menekankan pentingnya motivasi dan semangat yang tinggi, serta tekad dan kemauan untuk beradaptasi di lingkungan baru.
Pesan akhir dari Evita untuk mahasiswa Unila yang ingin mengikuti program PMM adalah jangan ragu untuk mencoba hal-hal baru, beranikan diri untuk tidak malu dan takut akan pandangan buruk orang lain, serta cobalah mengikuti berbagai kegiatan positif.
“Habiskan waktumu dengan mencoba banyak pengalaman sebelum waktumu dihabiskan oleh rasa takut dan gagal,” ujarnya.